Saturday, March 8, 2008

Sapundu: Mortuary post on the Seranau and Cempaga River Basins




Abstrak

Sifat sosial manusia dalam lingkup kegiatan kematian secara umum adalah upaya mengingat orang yang meninggal. Salah satu cara adalah membuat tanda-tanda yang mencirikan atau mengingatkan ‘yang masih hidup’ akan si mati. Salah satu contoh nyata pembuatan tanda-tanda kematian dilakukan oleh masyarakat Ngaju di Kalimantan Tengah yang masih memiliki keyakinan Kaharingan yang kuat dengan upacara kematiannya, Tiwah. Pada masyarakat Ngaju di Daerah Aliran Sungai Seranau dan Cempaga, kegiatan kematian selalu diiringi dengan pendirian sapundu. Fungsi utama sapundu adalah tiang penambat binatang yang akan dikurbankan dalam Tiwah. Namun, ternyata sapundu memiliki makna sosial-religius yang lebih luas daripada fungsi teknisnya sebagai sekedar tiang tambat kurban. Terdapat beberapa jenis, fungsi dan makna sapundu yang dapat diidentifikasi berdasarkan sifat, orientasi dan lokasi penempatan sapundu. Tulisan ini akan membahas karakteristik sapundu pada Daerah Aliran Seranau dan Cempaga yang ditinjau dari aspek dimensi, pose, gender dan ornamen, serta orientasi.
_______________
Published in Wasita et.al. 2007. Naditira Widya. Archaeological Bulletin. Banjarbaru: Centre for Archaeology, Banjarmasin. vol. 1 no. 2. ISSN 1410-0932. In press.

No comments: